Rabu, 31 Oktober 2012

makalah akhlak

MAKALAH  AKHLAK
Tugas Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester
Dosen Pengampu : H.M Husen Mahdal

Description: Description: E:\LOGO UNIVERSTAS\logo uin baru.jpg
Disusun oleh :
Ihda Mardhiyatun (11220030)


JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS DAKWAH
UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2012


Akhlak


Dari Abdullah bin umar r.a. bahwa rasulullah saw bersabda: orang yang paling baik diantara kamu ialah orang yang paling baik akhlaknya (HR.Bukhori).
1.      Ta’rif Akhlak
Akhlak adalah situasi hati yang mantap, yang muncul ke permukaan dari individu muslim dengan reflek tanpa dipertimbangkan. Apabila situasi hati itu menimbulkan amal perbuatan yang baik dan terpuji menurut akal dan agama, ia disebut akhlak yang baik. Dan jika yang timbul darinya adalah amal perbuatan yang buruk, berarti situasi yang menjadi sumbernya adalah situasi hati atau akhlak yang buruk.
Di antara akhlak yang buruk tersebut adalah kesombongan (al-kibr). Ia adalah perasaan yang cenderung memandang diri lebih dari orang lain dan meremehkannya. Kesombongan memerlukan adanya orang yang disombongi dan hal-hal yang dipergunakan untuk menyombongkan diri.
Meskipun demikian, seseorang yang menganggap dirinya besar tidak serta merta disebut sombong. Sebab ada kalanya seseorang meganggap dirinya besar akan tetapi ia memandang orang lain sejajar dengannya, atau bahkan lebih besar daripada dirinya. Demikian juga, seseorang yang menganggap orang lain rendah tidak serta merta pasti orang sombong, sebab bisa jadi ia memandang dirinya sejajar dengannya atau bahkan lebih rendah.
Rasulullah saw bersabda:
لاَ يَدْخًلً اْلجَنَّةَ مَنْ كَانَ ِفيْ قَلْبِهِ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ . رواه مسلم
Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat sebesar biji sawi kesombongan. (HR. Muslim)
Dari Abu Hurarirah ra., dari Nabi saw., Allah swt berfirman:
Kesombongan adalah kain selendang-Ku, kebesaran-Ku. Pada salah satu dari keduanya niscaya Aku akan menyiksamu di dalam neraka jahanam, dan Aku tidak mempedulikannya. (HR Muslim).



Nabi saw. Bersabda:
Orang-orang sombong akan dikumpulkan pada hari kiamat dalam bentuk semut yang diinjak-injak ummat manusia karena penghinaan mereka kepada Allah. (HR. Al-Bazzar).

2.      Terbentuknya Akhlak
a.       Insting (Naluri)
Insting merupakan seperangkat tabiat yang dibawa manusia sejak lahir. Para psikolog menjelaskan bahwa insting berfungsi sebagai motivator penggerak yang mendorong lahirnya tingkah laku.
Dalam QS Ali Imran : 14 yang artinya manusia itu diberi hasrat atau keinginan, misalnya kepada wanita, anak-anak dan kekayaan yang melimpah. Segenap naluri insting manusia merupakan paket intern dengan kehidupan manusia yang secara fitrah sudah ada dan tanpa perlu dipelajari lebih dahulu. Dengan potensi naluri tersebut manusia dapat menghasilkan aneka corak perilaku yang sesuai dengan corak instingnya.
b.      Adat atau Kebiasaan
Adat atau kebiasaan adalah setiap tindakan dan perbuatan seseorang yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan. Perbuatan yang telah menjadi adat kebiasaan tidak cukup hanya diulang-ulang saja tetapi harus disertai kesukaan dan kecenderungan hati terhadapnya.
c.       Wirotsah (Keturunan)
Secara istilah Wirotsah adalah berpindahnya sifat-sifat tertentu dari pokok (orang tua) kepada cabang (anak keturunan) . Wirotsah juga dapat dikatakan sebagai faktor pembawaan dari dalam yang berbentuk kecenderungan, bakat, akal dan lain-lain. Sifat-sifat asasi anak merupakan pantulan dari sifat-sifat asasi orang tuanya. Terkadang anak mewarisi sebagian besar dari salah satu sifat orang tuanya. Meskipun keturunan tidak berperan mutlak tetapi keturunan tersebut bisa menjadikan seseorang untuk beraktual mazmumah maupun mahmudah.
d.      Lingkungan
Lingkungan sangat berpengaruh terhadap pembentukan akhlak seseorang, baik itu lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
Dalam QS An Nahl : 78 yang artinya : Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut Ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun. Dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati,agar kamu bersyukur
Dalam ayat diatas memberi petunjuk bahwa seorang manusia dilahirkan dalam keadaan tidak mengetahui segala sesuatu oleh sebab itu manusia memiliki potensi untuk dididik. Potensi tersebut bisa dididik melalui pengalaman yang timbul dilingkungan sekitar anak. Jika lingkungan tempat tinggal ia tinggal bersikap baik maka anak pun akan cendrung bersikap baik. Sebaliknya jika lingkungannya buruk maka anak akan cenderung bersikap buruk.
Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang membentuk anak itu menjadi yahudi, nasrani atau majusi (H.R. Bukhari). Hadits tersebut menjelaskan bahwa lingkungan keluarga (dalam hal ini adalah kedua orang tua) adalah sebagai pelaksana utama dalam pendidikan akhlak anak. Ajaran Islam sudah memberi petunjuk yang lengkap kepada orang tua dalam membina akhlak anak. Jadi apabila orng tua ingin anaknya berakhlak mulia, maka sedari dini hendaklah anak-anaknya ditanami dengan nilai-nilai Islam.
Sebagai orang tua yang berpengaruh terhadap pembentukan dan kepribadian anak, seharusnyalah orang tua memperhatikan pada pergaulan anak dilingkungan sekolah maupun di masyarakat. Karena lingkungan sangat berpengaruh pada proses pembentukan akhlak seseorang. Melalui kerja sama yang baik antara orang tua, guru disekolah dan tokoh-tokoh masyarakat, maka aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang diajarkan akan terbentuk pada diri anak.
e.       Al-Qiyam Al-Qiyam
Adalah nilai-nilai Islam yang telah dipelajari selama seseorang hidup. Aspek ini sangat mempengaruhi terbentuknya akhlak mulia dalam diri seseorang. Pedoman akhlak mulia atau akhlak Islami adalah Al-Quran dan Hadits. Melalui pemahaman tentang nilai-nilai ke Islaman yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadits, seseorang bisa mengamalkan nilai-nilai tersebut. Sehingga tanpa disadari nilai-nilai tersebut menyatu dalam kepribadiannya dan terbentuklah akhlak mulia.

3.      Ilmu Jiwa Perkembangan
a.       Pembinaan dan Bimbingan
Diantaranya dengan menanamkan kembali akan pentingnya peranan orang tua dan pendidik dalam membina moral anak didik, sehingga tercipta keluarga yang tenang, damai, penuh kasih sayang, dan perhatian kepada anak-anaknya. 
Lingkungan keluarga dalam hal ini orang tua memiliki peran yang sangat besar serta merupakan komunitas yang paling efektif untuk membina seorang anak agar berperilaku baik. Di sinilah seharusnya orang tua mencurahkan rasa kasih sayang dan perhatian kepada anaknya untuk mendapatkan bimbingan rohani yang jauh lebih  penting dari sekedar materi. Seandainya dalam lingkungan keluarga sudah tercipta suasana yang harmonis maka pembentukan akhlak mulia seorang anak akan lebih mudah dan seperti itu pula sebaliknya.
b.      Pendidikan
Mendidik anak dengan baik dan benar dan mengajarinya budi pekerti yang luhur merupakan tugas dan tanggung jawab yang berada di pundak ayah dan ibu. Di lain pihak, adalah hak anak untuk mendapatkan pendidikan yang benar tersebut. Pada fase ini, anak sangat memerlukan perhatian dan pengawasan ketat dari orang tuanya. Karena itu, orang tua harus meluangkan waktu dan tenaga yang lebih besar.
Imam Ali bin Al-Husain a.s. berkata:
Hak anakmu adalah…engkau bertanggung jawab untuk mengajarkan kepadanya akhlaq karimah, mengenalkan kepada Tuhan dan membantunya untuk patuh kepadamu. Tugas berat ini besar sekali pahalanya dan sebaliknya, siksaan menunggu jika melalaikannya. Karena itu, lakukanlah apa yang bisa membuatmu berbangga atasnya di masa depan dan terbebas dari hukuman Tuhan atas tanggung jawab yang Dia berikan kepadamu, dengan mendidiknya secara baik dan benar.
c.       Pelatihan dan Pengajaran
Pembiasaan bagi perbaikan dan pembentukan akhlak melalui pembiasaan, dengan demikian pembiasaan yang dilakukan sejak dini akan berdampak besar terhadap kepribadian /akhlak anak ketika mereka telah dewasa. Sebab pembiasan yang telah dilakukan sejak kecil akan melekat kuat di ingatan dan menjadi kebiasaan yang tidak dapat dirubah dengan mudah.
4.      Dalam masyarakat liberal
a.       Moral diperkenalkan lewat klarifikasi
Dapat dikatakan bahwa klarifikasi nilai sebagai prosedur  penumbuh kembangan nilai-niali kebebasan pada anak didik dalam proses pembelajaran guna menciptakan kemampuan untuk melahirkan keputusan-keputusan tentang persoalan-persoalan nilai kebebasan atau konflik nilai-nilai kebebasan secara cerdas dan kritis dari pada suguhan dan pemaksaan dari guru terhadap dirinya. Dalam praktek pembelajaran, klarifikasi nilai itu dapat diterapkan dalam bentuk  penganalisaan terhadap nilai-nilai baik yang faktual maupun rasional dengan mempertimbangkan plus minus dari nilai-nilai yang ada terhadap problema nilai,sehingga nantinya semua analisa nilai ini akan membantunya membuat suatu nilaikebebasan yang memuat nilai yang terbaik yang didapatkannya melalui kesadaran dirinyasendiri, tidak atas pakasaan dari luar dirinya.
b.      Tekhnik making inference (melalui diskusi)
Dalam metode ini anak dilatih untuk bersikap terbuka dan apabila diterapkan bisa menumbuhkan keterlibatan dan keikutsertaan anak serta membantu anak untuk mempelajari keterampilan komunikasi dan proses berfikir yang penting. Model pembelajaran diskusi ini nantinya tidak hanya dituntut untuk menggunakan otak kirinya dalam berhitung atau bermain logika tetapi juga dapat memanfaatkan fungsi otak kanannya untuk mengembangkan kreativitas anak dalam menanggapi suatu permasalahan yang nyata yaitu tentang penanaman akhlak-akhlak yang baik.
5.      Manfaat mempelajari akhlak
a.       Mendidik anak, supaya berlaku sopan santun berakhlak mulia, sesuai dengan ajaran Islam dan masyarakat.
b.      Membentuk kepribadian anak sebagai seorang muslim sejati . 
c.       Membiasakan sifat-sifat yang baik dan akhlak yang mulia, sopan santun, halus budi pekerti, adil, sabar serta menjauhi sifa- sifat yang buruk.
Kesimpulannya jika akhlaknya baik atau tinggi maka akan berpengaruh pada kesehatan mental yang tinggi dan jika akhlaknya buruk atau rendah maka akan mengalami gangguan jiwa.