MAKALAH AKHLAK
Tugas
Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester
Dosen Pengampu : H.M Husen Mahdal

Disusun oleh :
Ihda
Mardhiyatun (11220030)
JURUSAN
BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS DAKWAH
UIN SUNAN
KALIJAGA YOGYAKARTA
2012
Akhlak
Dari Abdullah bin umar r.a. bahwa
rasulullah saw bersabda: orang yang paling baik diantara kamu ialah orang yang
paling baik akhlaknya (HR.Bukhori).
1.
Ta’rif
Akhlak
Akhlak adalah situasi hati yang mantap, yang muncul ke
permukaan dari individu muslim dengan reflek tanpa dipertimbangkan. Apabila
situasi hati itu menimbulkan amal perbuatan yang baik dan terpuji menurut akal
dan agama, ia disebut akhlak yang baik. Dan jika yang timbul darinya adalah
amal perbuatan yang buruk, berarti situasi yang menjadi sumbernya adalah
situasi hati atau akhlak yang buruk.
Di antara akhlak yang buruk tersebut adalah kesombongan (al-kibr). Ia adalah perasaan yang
cenderung memandang diri lebih dari orang lain dan meremehkannya. Kesombongan
memerlukan adanya orang yang disombongi dan hal-hal yang dipergunakan untuk
menyombongkan diri.
Meskipun demikian, seseorang yang
menganggap dirinya besar tidak serta merta disebut sombong. Sebab ada kalanya
seseorang meganggap dirinya besar akan tetapi ia memandang orang lain sejajar
dengannya, atau bahkan lebih besar daripada dirinya. Demikian juga, seseorang
yang menganggap orang lain rendah tidak serta merta pasti orang sombong, sebab
bisa jadi ia memandang dirinya sejajar dengannya atau bahkan lebih rendah.
Rasulullah saw bersabda:
لاَ يَدْخًلً اْلجَنَّةَ مَنْ كَانَ
ِفيْ قَلْبِهِ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ . رواه مسلم
Tidak akan
masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat sebesar biji sawi kesombongan.
(HR. Muslim)
Dari Abu Hurarirah ra., dari Nabi
saw., Allah swt berfirman:
Kesombongan
adalah kain selendang-Ku, kebesaran-Ku. Pada salah satu dari keduanya niscaya
Aku akan menyiksamu di dalam neraka jahanam, dan Aku tidak mempedulikannya. (HR Muslim).
Nabi saw. Bersabda:
Orang-orang
sombong akan dikumpulkan pada hari kiamat dalam bentuk semut yang diinjak-injak
ummat manusia karena penghinaan mereka kepada Allah. (HR.
Al-Bazzar).
2. Terbentuknya
Akhlak
a.
Insting
(Naluri)
Insting merupakan seperangkat tabiat yang dibawa manusia
sejak lahir. Para psikolog menjelaskan bahwa insting berfungsi sebagai
motivator penggerak yang mendorong lahirnya tingkah laku.
Dalam QS Ali Imran : 14 yang artinya manusia itu diberi
hasrat atau keinginan, misalnya kepada wanita, anak-anak dan kekayaan yang
melimpah. Segenap naluri insting manusia merupakan paket intern dengan
kehidupan manusia yang secara fitrah sudah ada dan tanpa perlu dipelajari lebih
dahulu. Dengan potensi naluri tersebut manusia dapat menghasilkan aneka corak
perilaku yang sesuai dengan corak instingnya.
b.
Adat
atau Kebiasaan
Adat atau kebiasaan adalah setiap tindakan dan perbuatan
seseorang yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga
menjadi kebiasaan. Perbuatan yang telah menjadi adat kebiasaan tidak cukup
hanya diulang-ulang saja tetapi harus disertai kesukaan dan kecenderungan hati
terhadapnya.
c.
Wirotsah
(Keturunan)
Secara istilah Wirotsah adalah berpindahnya sifat-sifat
tertentu dari pokok (orang tua) kepada cabang (anak keturunan) . Wirotsah juga
dapat dikatakan sebagai faktor pembawaan dari dalam yang berbentuk
kecenderungan, bakat, akal dan lain-lain. Sifat-sifat asasi anak merupakan
pantulan dari sifat-sifat asasi orang tuanya. Terkadang anak mewarisi sebagian
besar dari salah satu sifat orang tuanya. Meskipun keturunan tidak berperan
mutlak tetapi keturunan tersebut bisa menjadikan seseorang untuk beraktual
mazmumah maupun mahmudah.
d.
Lingkungan
Lingkungan sangat berpengaruh terhadap pembentukan akhlak
seseorang, baik itu lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
Dalam QS An Nahl : 78 yang artinya : Dan Allah mengeluarkan
kamu dari perut Ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun. Dan Dia
memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati,agar kamu bersyukur
Dalam ayat diatas memberi petunjuk bahwa seorang manusia
dilahirkan dalam keadaan tidak mengetahui segala sesuatu oleh sebab itu manusia
memiliki potensi untuk dididik. Potensi tersebut bisa dididik melalui
pengalaman yang timbul dilingkungan sekitar anak. Jika lingkungan tempat
tinggal ia tinggal bersikap baik maka anak pun akan cendrung bersikap baik.
Sebaliknya jika lingkungannya buruk maka anak akan cenderung bersikap buruk.
Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua
orang tuanyalah yang membentuk anak itu menjadi yahudi, nasrani atau majusi (H.R.
Bukhari). Hadits tersebut menjelaskan bahwa lingkungan keluarga (dalam hal ini
adalah kedua orang tua) adalah sebagai pelaksana utama dalam pendidikan akhlak
anak. Ajaran Islam sudah memberi petunjuk yang lengkap kepada orang tua dalam
membina akhlak anak. Jadi apabila orng tua ingin anaknya berakhlak mulia, maka
sedari dini hendaklah anak-anaknya ditanami dengan nilai-nilai Islam.
Sebagai orang tua yang berpengaruh terhadap pembentukan dan
kepribadian anak, seharusnyalah orang tua memperhatikan pada pergaulan anak
dilingkungan sekolah maupun di masyarakat. Karena lingkungan sangat berpengaruh
pada proses pembentukan akhlak seseorang. Melalui kerja sama yang baik antara
orang tua, guru disekolah dan tokoh-tokoh masyarakat, maka aspek kognitif,
afektif dan psikomotorik yang diajarkan akan terbentuk pada diri anak.
e.
Al-Qiyam
Al-Qiyam
Adalah nilai-nilai Islam yang telah dipelajari selama
seseorang hidup. Aspek ini sangat mempengaruhi terbentuknya akhlak mulia dalam
diri seseorang. Pedoman akhlak mulia atau akhlak Islami adalah Al-Quran dan
Hadits. Melalui pemahaman tentang nilai-nilai ke Islaman yang terdapat dalam
Al-Qur’an dan Hadits, seseorang bisa mengamalkan nilai-nilai tersebut. Sehingga
tanpa disadari nilai-nilai tersebut menyatu dalam kepribadiannya dan
terbentuklah akhlak mulia.
3. Ilmu
Jiwa Perkembangan
a. Pembinaan dan Bimbingan
Diantaranya dengan menanamkan kembali akan pentingnya
peranan orang tua dan pendidik dalam membina moral anak didik, sehingga
tercipta keluarga yang tenang, damai, penuh kasih sayang, dan perhatian kepada
anak-anaknya.
Lingkungan keluarga dalam hal ini orang tua memiliki peran
yang sangat besar serta merupakan komunitas yang paling efektif untuk membina
seorang anak agar berperilaku baik. Di sinilah seharusnya orang tua mencurahkan
rasa kasih sayang dan perhatian kepada anaknya untuk mendapatkan bimbingan
rohani yang jauh lebih penting dari
sekedar materi. Seandainya dalam lingkungan keluarga sudah tercipta suasana
yang harmonis maka pembentukan akhlak mulia seorang anak akan lebih mudah dan
seperti itu pula sebaliknya.
b. Pendidikan
Mendidik anak dengan baik dan benar dan mengajarinya budi
pekerti yang luhur merupakan tugas dan tanggung jawab yang berada di pundak
ayah dan ibu. Di lain pihak, adalah hak anak untuk mendapatkan pendidikan yang
benar tersebut. Pada fase ini, anak sangat memerlukan perhatian dan pengawasan
ketat dari orang tuanya. Karena itu, orang tua harus meluangkan waktu dan
tenaga yang lebih besar.
Imam
Ali bin Al-Husain a.s. berkata:
Hak anakmu adalah…engkau bertanggung
jawab untuk mengajarkan kepadanya akhlaq karimah, mengenalkan kepada Tuhan dan
membantunya untuk patuh kepadamu. Tugas berat ini besar sekali pahalanya dan
sebaliknya, siksaan menunggu jika melalaikannya. Karena itu, lakukanlah apa
yang bisa membuatmu berbangga atasnya di masa depan dan terbebas dari hukuman
Tuhan atas tanggung jawab yang Dia berikan kepadamu, dengan mendidiknya secara
baik dan benar.
c.
Pelatihan
dan Pengajaran
Pembiasaan
bagi perbaikan dan pembentukan akhlak melalui pembiasaan, dengan demikian
pembiasaan yang dilakukan sejak dini akan berdampak besar terhadap kepribadian
/akhlak anak ketika mereka telah dewasa. Sebab pembiasan yang telah dilakukan
sejak kecil akan melekat kuat di ingatan dan menjadi kebiasaan yang tidak dapat
dirubah dengan mudah.
4.
Dalam
masyarakat liberal
a. Moral
diperkenalkan lewat klarifikasi
Dapat
dikatakan bahwa klarifikasi nilai sebagai prosedur penumbuh kembangan nilai-niali kebebasan pada
anak didik dalam proses pembelajaran guna menciptakan kemampuan untuk
melahirkan keputusan-keputusan tentang persoalan-persoalan nilai kebebasan atau
konflik nilai-nilai kebebasan secara cerdas dan kritis dari pada suguhan dan
pemaksaan dari guru terhadap dirinya. Dalam praktek pembelajaran, klarifikasi
nilai itu dapat diterapkan dalam bentuk
penganalisaan terhadap nilai-nilai baik yang faktual maupun rasional
dengan mempertimbangkan plus minus dari
nilai-nilai yang ada terhadap problema nilai,sehingga nantinya semua analisa
nilai ini akan membantunya membuat suatu nilaikebebasan yang memuat nilai yang
terbaik yang didapatkannya melalui kesadaran dirinyasendiri, tidak atas
pakasaan dari luar dirinya.
b. Tekhnik making inference (melalui
diskusi)
Dalam
metode ini anak dilatih untuk bersikap terbuka dan apabila diterapkan bisa menumbuhkan keterlibatan dan keikutsertaan
anak serta membantu anak untuk mempelajari keterampilan komunikasi dan
proses berfikir yang penting. Model pembelajaran diskusi ini nantinya tidak
hanya dituntut untuk menggunakan
otak kirinya dalam berhitung atau bermain logika tetapi juga dapat memanfaatkan fungsi otak kanannya
untuk mengembangkan kreativitas anak dalam menanggapi suatu permasalahan yang nyata
yaitu tentang penanaman akhlak-akhlak yang baik.
5.
Manfaat mempelajari akhlak
a. Mendidik anak, supaya berlaku sopan
santun berakhlak mulia, sesuai dengan ajaran Islam dan masyarakat.
b. Membentuk kepribadian anak sebagai
seorang muslim sejati .
c. Membiasakan sifat-sifat yang baik
dan akhlak yang mulia, sopan santun, halus budi pekerti, adil, sabar serta
menjauhi sifa- sifat yang buruk.
Kesimpulannya jika akhlaknya baik
atau tinggi maka akan berpengaruh pada kesehatan mental yang tinggi dan jika
akhlaknya buruk atau rendah maka akan mengalami gangguan jiwa.