Senin, 24 Oktober 2011

Takhrijul-Hadis Sebagai Langkah Awal Kegiatan Penelitian Hadis



A. Pengertian Takhrijul-Hadis
Dr. mahmud at-Tahhan menjelaskan bahwa kata at-takhrij menurut pengertian asal bahasanya ialah “Berkumpulnya dua perkara yang berlawanan pada sesuatu yang satu”. Kata at-takhrij sering dimutlakkan pada beberapa macam pengertian; dan pengertian-pengertian yang popular untuk kata at-takhrij itu ialah : (1) al-istimbat (hal mengeluarkan); (2) at-tadrib (hal melatih atau hal membiasakan); dan (3) at-taujih (hal memperhadapkan).
Menurut istilah dan yang biasa dipakai oleh ulama hadis, kata at-takhrij mempunyai beberapa arti, yakni :
1. Mengemukakan hadis kepada orang banyak dengan menyebutkan para periwayatnya dalam sanad yang telah menyampaikan hadis itu dengan metode periwayatan yang mereka tempuh.
2. Ulama hadis mengemukakan berbagai hadis yang telag dikemukakan oleh para guru hadis, atau berbagai kitab, atau lainnya, yang susunannya dikemukakan berdasarkan riwayatnya sendiri, atau para gurunya, atau temannya, atau orang lain, dengan menerangkan siapa periwayatnya dari para penyusun kitab atau karya tulis yang dijadikan sumber pengambilan.
3. Menunjukkan asal-usul hadis dan mengemukakan sumber pengambilannya dari berbagai kitab hadis yang disusun para mukharrij-nya langsung (yakni para periwayat yang juga sebagai penghimpun bagi hadis yang mereka riwayatkan).
4. Mengemukakan hadis berdasarkan sumbernya atau berbagai sumbernya, yakni kitab-kitab hadis, yang di dalamnya disertakan metode periwayatannya dan sanadnya masing-masing, serta diterangkan keadaan para periwayatnya dan kualitas hadisnya.
5. Menunjukkan atau mengemukakan letak asal hadis pada sumbernya yang asli, yakni berbagai kitab, yang di dalamnya dikemukakan hadis itu secara lengkap dengan sandnya masing-masing; kemudian, untuk kepentingan penelitian, dijelaskan kualitas hadis yang bersangkutan.

Pengertian yang dikehendaki untuk penelitian
Bila kelima pengertian tkhrij itu diperhatikan, maka pengertian yang dikemukakan butir pertama merupakan salah satu kegiatan yang telah dilakukan oleh para periwayat hadis yang menghimpun hadis ke dalam kitab hadis yang mereka susun masing-masing, misalnya Imam al-Bukhari dengan kitab shahih-nya, Imam Muslim dengan kitab shahih-nya, dan Abu Daud dengan kitab Sunan-nya.
Pengertian at-takhrij yang dikemukakan pada butir kedua telah dilakukan oleh banyak ulama hadis, misalnya oleh Imam al-Baihaqi, yang telah banyak “mengambil” hadis dari kitab as-Sunan yang disusun oleh Abul-Hasan al-Basri as-Saffar, lalu al-Baihaqi mengemukakan sanad-nya sendiri.
Pengertian at-takhrij pada butir ketiga banyak dijumpai pada kitab-kitab himpubab hadis, misalnya Bulughul-Maram susunan Ibnu Hajar al-‘Asqalani. Dalam melakukan pengutipan hadis pada karya tulis ilmiah, mestinya diikuti pengertian at-takhrij pada butir ketiga tersebut, dengan dilengkapi data kitab yang dijadikan sumber. Dengan demikian, hadis yang dikutip tidak hanya matan-nya saja, tetapi minimal juga nama mukahrrij-nya dan nama periwayat pertama (sahabat Nabi) yang meriwayatkan hadis yang bersangkutan.
Pengertian istilah at-takhrij yang dikemukakan pada butir keempat, biasanya digunakan oleh ulama hadis untuk menjelaskan berbagai hadis yang termuat di kitab tertentu, misalnya kitab Ihya’ ‘Ulumud-Din susunan Imam al-Ghazali (wafat 5050 H / 1111 M), yang dalam penjelasannya itu dikemukakan sumber pengambilan tiap-tiap hadis dan kualitasnya masing-masing. Zainud-Din ‘Abdir-tahman bin al-Husain al-‘Iraqi (wafat 806 H / 1404 M) telah menyusun kitab takhrij hadis untuk kitab Ihya’ ‘Ulumud-Din dengan judul Ikhbar al-Ihya’ bi Akhbar al-Ihya’, sebanyak empat jilid.
Adapun pengertian at-takhrij yang digunakan untuk maksud kegiatan penelitian hadis lebih lanjut ialah pengertian yang dikemukakan pada butir kelima. Berangkat dari pengertian itu, maka yang dimaksud dengan takhrijul-hadis dalam hal ini ialah penelusuran atau pencarian hadis pada berbagai kitab sebagai sumber asli dari hadis yang bersangkutan, yang di dalam sumber itu dikemukakan secara lengkap matn dan sanad hadis yang bersangkutan.


B. Sebab-sebab Perlunya Kegiatan Takhrij Hadis
Bagi seorang peneliti hadis, kegiatan takhrijul-hadis sangat penting. Tanpa dilakukan kegiatan takhrijul-hadis terlebih dahulu maka akan sulit diketahui asal-usul riwayat hadis itu, dan ada atau tidaknya korroborasi (syahid atau mutabi’) dalam sanad bagi hadis yang ditelitinya. Dengan demikian, minimal ada hal yang menyebabkan pentingnya kegiatan takhrijul-hadis dalam melaksanakan penelitian hadis. Berikut ini dikemukakan ketiga hal tersebut.

1. Untuk mengetahui asal-usul riwaat hadis yang akan diteliti
Suatu hadis akan sangat sulit diteliti status dan kualitasnya bila terlebih dahulu tidak diketahui asal-usulnya. Tanpa diketahui asal-usulnya, maka sanad dan matn yang bersangkutan sulit diketahui susunannya menurut sumber pengambilannya. Tanpa diketahui susunan sanad dan matn-nya secara benar maka hadis yang bersangkutan akan sulit diteliti secara cermat. Untuk mengetahui bagaimana asal-usul hadis yang akan diteliti itu, maka kegiatan takhrij perlu dilakukan lebih dahulu.

2. Untuk mengetahui seluruh riwayat bagi hadis yang akan diteliti
Hadis yang akan diteliti mungkin memiliki lebih dari satu sanad. Mungkin saja, salah satu sanad hadis itu berkualitas daif, sedang yang lainnya berkualitas sahih. Untuk dapat menentukan sanad yang berkualitas daif dan yang berkualitas sahih maka terlebih dahulu harus diketahui seluruh riwayat hadis yang bersangkutan. Dalam hubunganya untuk mengetahui seluruh riwayat hadis yang sedang akan diteliti, maka kegiatan takhrij perlu dilakukan.

3. Untuk mengetahui ada atau tidak adanya syahid dan mutabi’ pada sanad yang diteliti
ketika hadis diteliti salah satu sanad-nya, mungkin ada periwayat lain yang sanad-nya mendukung pada sanad yang sedang diteliti. Dukungan (corroboration) itu bila terletak pada bagian periwayat tingkat pertama, yakni tingkat sahabat Nabi, disebut sebagai syahid, sedang bila terdapat dibagian bukan periwayat tingkat sahabat disebut sebagai mutabi’. Dalam penelitian sebuah sanad, syahid yang didukung oleh sanad kuat dapat memperkuat sanad yang sedang diteliti. Begitu pula mutabi’ yang memiliki sanad yang kuat, maka sanad yang sedang diteliti mungkin dapat ditingkankan kekuatannya oleh mutabi’ tersebut. Untuk mengetahui, apakah suatu sanad memiliki syahid atau mutabi’, maka seluruh sanad hadis itu harus dikemukakan. Itu berarti, takhrijul-hadis, harus dilakukan terlebih dahulu. Tanpa kegiatan takhrijul-hadis, tidak dapat diketahui secara pasti seluruh sanad untuk hadis yang sedang diteliti.

C. Metode Takhrijul-Hadis
1. Kitab atau buku yang menjelaskannya
Menelusuri hadis sampai kepada sumber asalnya tidak semudah menelusuri ayat al-Qur’an. Untuk menelusuri ayat al-Qur’an, cukup diperlukan sebuah kamus al-Qur’an, misalnya kitab al-Mu’jam al-Mufahras li Alfazil-Qur’anil Karim susunan Muhammad Fu’ad ’Abdul-Baqi’, dan sebuah kitab rujukan berupa mushaf al-Qur’an. Untuk menelusuri hadis, tidak cukup hanya menggunakan sebuah kamus dan sebuah kitab rujukan berupa kitab hadis yang disusun oleh mukahrrij-nya. Yang menyebabkan hadis begitu sulit untuk ditelusuri sampai sumber asalnya karena hadis terhimpun dalam banyak kitab.
Dengan dimuatnya hadis Nabi di berbagai kitab hadis yang jumlahnya banyak, maka sampai saat ini belum ada sebuah kamus yang mampu memberi petunjuk untuk mencari hadis yang dimuat oleh seluruh kitab hadis yang ada. Kamus hadis yang telah ada hanya terbatas untuk memberi petunjuk pencarian hadis yang termuat di sejumlah kitab hadis saja. Dari sebagian kamus hadis itu pun ada yang tidak menjelaskan cara penggunaanya.
Untuk mengetahui kitab-kitab kamus hadis yang bermanfaat bagi kegiatan takhrijul-hadis dan sekaligus untuk memahami cara penggunaan dari kamus-kamus itu, perlu dibaca beberapa kitab atau buku, misalnya :
1. Ushul at-Takhrij wa Dirasat al-Asanid (Halb : al-Matba’ah al-’Arabiyyah, 1398 H / 1972 M), susunan Dr. Mahmud at-Tahhan.
2. Cara Praktis Mencari Hadis (Jakarta : Bulan Bintang, 1412 H / 1991 M), susunan Dr. M Syuhudi Isma’il
Kedua buku itu, atau salah satu diantaranya, dapat membantu bagaimana cara yang harus dilakukan dalam melaksanakan kegiatan takhrijul-hadis.

2. Macam-macam metode yang dapat dipakai
Dalam buku Cara Praktis Mencari Hadis dikemukakan bahwa metode takhrij ada dua macam, yakni takhrijul-hadis bil-lafz dan takhrijul-hadis bil-maudu’. Takhrij yang disebutkan pertama berdasarkan lafal dan takhrij ang disebutkan kedua berdasarkan topik masalah. Berikut ini dijelaskan kedua macam metode takhrij itu sepintas lalu.
a. Metode Takhrijul-Hadis bil Lafz
Ada kalanya hadis yang akan diteliti hanya diketahui sebagian saja dari matn-nya. Bila demikian, maka takhrij melalui penelusuran lafal matn lebih mudah dilakukan.

Kitab-kitab yang diperlukan
Untuk kepentingan takhrijul-hadis berdasarkan lafal tersebut, selain diperlukan kitab kamus hadis, juga diperlukan kitab-kitab yang menjadi rujukan dari kitab kamus itu. Kitab kamus hadis yang termasuk agak lengkap untuk kepentingan kegiatan ini adalah kitab susunan Dr. AJ. Wensinck dan kawan-kawan yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh Muhammad Fu’ad ’Abdul-Baqi dengan judul : المعجم المفهرس لألفاظ الحديث النبوي.
Kitab-kitab hadis yang menjadi rujukan kamus hadis tersebut ada sembilan buah, yakni Shahih al-Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abi Daud, Sunan at-Turmuzi, Sunan an-Nasa’i, Sunan ibni Majah, Sunan ad-Darimi, Muatta’ Malik, dan Musnad Ahmad bin Hambal. Untuk hadis yang termuat di luar kesembilan hadis tersebut, perlu digunakan kamus lainnya yang merujuk kepada kitab yang bersangkutan.

Kemungkinan hasilnya
Setelah kegiatan takhrij dilakukan, mungkin belum semua riwayat telah dicakup. Untuk itu, hadis yang telah di-takhrij tadi. Lafalnya yang lain peru dicoba dipakai untuk men-takhrij- lagi. Dengan demikian, akan dapat diketahui semua riwayat berkenaan dengan hadis yang ditelusuri tadi.
Adakalanya, semua lafal dalam matn hadis telah dipakai sebagai acuan untuk melakukan kegiatan takhrij, tetapi hasilnya masih belum lengkap juga, maka dalam hal ini masih perlu dipakai kamus hadis lainnya yang mungkin dapat melengkapinya.
Contoh Umpama saja hadis yang diingat hanyalah bagian lafal matn yang berbunyi من رأى منكم منكرا. Dengan modal lafal منكرا, maka lafal itu ditelusuri melalui halaman kamus yang memuat lafal نكر. Setelah diperoleh, lalu dicari kata منكرا. Dibagian itu ada petunjuk bahwa hadis yang dicari memiliki sumber yang cukup banyak, yakni :
1. Sahih Muslim, kitan Iman, nomor hadis 78.
2. Sunan Abi Daud, kitab Shalat, bab 242; dan kitab Malahim bab 17.
3. Sunan at-Turmuzi, kitab Fitan, bab 11.
4. Sunan an-Nasa’i, kitab Iman, bab 17.
5. Sunan Ibni Majah, kitab Iqamah, bab 155; dan kitab Fitan, bab 20.
6. Musnad Ahmad bin Hambal, juz III, halaman 10, 20, 49, dan 52-53.
Apabila akan dilakukan penelitian, maka semua riwayat yang dikemukakan oleh keenam kitab di atas perlu dikutip secara cermat. Tentu saja, untuk menghindari adanya riwayat yang tidak tercakup, kegiatan takhrij dengan mengacu kepada lafal-lafal yang lain yang terdapat dalam matn yang sama perlu dilakukan. Untuk contoh hadis di atas, setelah ditelusuri semua kata yang termuat dalam matn, ternyata diperoleh tambahan keterangan bahwa hadis tersebut termuat juga di Musnad Ahmad bin Hambal, juz III, halaman 92, yakni dengan menelusuri melalui kata قلب. Untuk penelusuran kata رأى data yang tercantum pada kamus terdapat banyak kesalahan, sedang untuk kata-kata lainnya, yakni يغير, يده, dan لسانه, data yang dikemukakan justru kurang lengkap.
Berdasarkan data dari kitab al-mu’jam tersebut, ternyata jumlah riwayat untuk hadis yang di-takhrij di atas ada 14 macam, masing-masing terletak di kitab-kitab :
1. Sahih Muslim : dua riwayat, pada juz I, h, 69.
2. Sunan Abi Daud : dua riwayat, pada juz I, h. 297; dan juz IV h. 123.
3. Sunan at-Turmuzi : satu riwayat, pada juz III, hh. 317-218
4. Sunan an-Nasa’i : dua riwayat, pada juz VIII, hh. 111-112.
5. Sunan Ibni Majah : dua riwayat, pada juz I, h. 406; dan juz II, h. 1330
6. Musnad Ahmad : lima riwayat, pada juz III, hh. 10,20,49,52-53, dan 92
Apabila hadis tersebut akan diteliti, maka seluruh riwayat hadis dikutip secara cermat, baik sanad-nya maupun matn-nya. Susunan kalimat pada matn memang terdapat perbedaan, namun maknanya sama. Hal itu wajar terjadi sebab dalam periwayatan hadis, sebagaimana telah dibahas pada uraian terdahulu, telah terjadi periwayatan secara makan. Dalam bab V, seluruh riwayat di atas dikutip secara lengkap untuk bahan penelitian kualitas sanad hadis yang bersangkutan.

b. Metode takhrijul-hadis bil maudu’ (penelusuran hadis melalui topik masalah)
Mungkin saja hadis yang akan diteliti tidak terikat pada bunyi lafal matn hadis, tetapi berdasarkan topik masalah. Misalnya, topik masalah yang akan diteliti adalah hadis tentang kawin kontrak atau nikah mut’ah. Untuk menelusurinya, diperlukan bantuan kitab kamus ataupun semacam kamus yang dapat memberikan keterangan tentang berbagai riwayat hadis tentang topik tersebut.

Kitab-kitab yang diperlukan
Sesungguhnya cukup banyak kitab yang menghimpun berbagai hadis berkenaan dengan topik masalah. Hanya saja, pada umumnya kitab-kitab tersebut tidak menyebutkan data kitab sumber pengambilannya secara lengkap. Dengan demikian, bila hadis-hadis yang bersangkutan akan diteliti, masih diperlukan penelusuran tersendiri.
Untuk saat ini, kitab kamus yang disusun berdasarkan topik masalah yang relatif agak lengkap adalah kitab susunan Dr. A.J. Wensinck dkk. yang berjudul : مفتاح كنوز السنة.
Kitab-kitab yang menjadi rujukan kitab kamus tersebut ada 14 macam kitab, yakni kesembilan macam kitab yang menjadi rujukan المعجم sebagaimana telah dikemukakan di atas ditambah lagi dengan Musnad Zaid bin ‘Ali, Musnad Abi Daud at-Tayalisi, Tabaqat Ibn Sa’ad, Sirah Ibn Hisyam, dan Magazi al-Waqidi.

Kemungkinan hasilnya
Data yang dimuat oleh kitab Miftah tersebut memang sering tidak lengkap, begitu juga topik yang dikemukakannya. Walaupun begitu, kitab kamus tersebut cukup membantu untuk melakukan kegiatan takhrij hadis berdasarkan topik masalah. Untuk melengkapi data yang dikemukakan oleh kitab kamus itu, dapat dipakai sejumlah kitab Himpunan hadis yang disusun berdasarkan topik masalah, misalnya Muntakhab Kanzil-‘Ummal, susunan ‘Ali bin Hisam ad-Din al-Mutqi, yang kitab rujukannya lebih dari dua puluh macam kitab.
Contoh : untuk contoh topik yang berkenaan dengan nikah mut’ah itu, kamus Miftah Kunuzis-Sunnah mengemukakan data hadis yang bersumber kepada kitab-kitab antara lain Sahih al-Bukhari, Sahih Muslim, Sunan Abi Daud, Sunan at-Turmuzi, Sunan an-Nasa’i, Sunan Ibni Majah, Sunan ad-Darimi, Muatta’ Malik, Musnad Ahmad, Musnad Abi Daud at-Tayalisi, Musnad Zaid bin ‘Ali, dan Tabaqat Ibn Sa’ad. Pada masing-masing kitab dibubuhkan data tentang letak hadis yang bersangkutan.
Apabila seluruh hadis yang berkenaan dengan topik nikah mut’ah itu akan diteliti, maka terlebih dahulu seluruh riwayatya harus dikutip secara cermat, baik sanad-nya maupun matn-nya. Untuk melengkapi bahan penelitian, berbagai matn yang telah dikutip itu dapat dilakukan takhrij melalui lafal.

Kamis, 20 Oktober 2011

Adobe Flash Player 11 and AIR 3


Latest news from Adobe; Flash Player 11 and AIR 3 were released, and will be available on October. Flash Player 11 and AIR 3 were made to activate the next generation of internal application for every platform including Android, ISC, Blackberry Tablet OS, Mac OS, Connected TV, and some other platform.

Adobe Flash Player is a plug-in designed to present flash-based files and multimedia contents commonly used in websites. So no wonder if you can’t watch videos on Youtube if you have no Adobe Flash Player installed.





Adobe Flash Player is one of the must-have plug-in in every single computer in the world, since it will help you to watch any kind of multimedia files in the internet smoothly. Adobe Flash Player offers you a great performance with just minimum CPU usage, so it doesn’t need high requirements or specifications of your computer to run this plug-in.

New Features In Adobe Flash Player 11 and AIR 3 :

HD Video Quality Across Platforms : Full frame rate HD video can now be displayed within AIR applications on Apple iOS devices using H.264 hardware decoding. Rich applications on televisions are also able to deliver HD video with 7.1 channel surround sound.
Rental and Subscriptions Support : With support for Adobe Flash Access and Adobe Pass, content publishers can take advantage of rental and subscription options for more flexible business models and offer TV Everywhere content to more than 80 percent of U.S. pay TV subscribers.
Compatibility : 64-bit support on Linux, Mac OS and Windows ensures a seamless experience with the latest 64-bit browsers.
Content Protection : Premium video content can now be protected using Adobe Flash Access 3 across all supported platforms, including new support for mobile platforms.

Download Adobe Flash Player
Download Adobe AIR

Rabu, 19 Oktober 2011

Atlas Penciptaan dan Pameran Fosil Menyebabkan Kepanikan di Prancis dan Turki

Atlas Penciptaan dan Pameran Fosil Menyebabkan Kepanikan di Prancis dan Turki

Pameran fosil yang berlanjut dengan kecepatan penuh di seluruh wilayah Turki tampak menyebabkan kegelisahan mendalam dan kepanikan di kalangan lingkaran media tertentu. Tidak mampu menyodorkan bukti apa pun yang membantahnya dan dilanda kepanikan karena dihadapkan perkembangan ini, kalangan tersebut mengambil langkah pelarangan dan penghalangan. Namun, menerbitkan laporan yang ditujukan dalam rangka penghentian pameran fosil dan pelarangan buku Atlas Penciptaan tidak dapat menghentikan runtuhnya Darwinisme.
Yang seharusnya dilakukan media Darwinis adalah menampilkan fosil-fosil bentuk peralihan yang menunjukkan bukti evolusi, daripada mencoba menutupi temuan-temuan ilmiah tersebut. Namun tak satu fosil bentuk peralihan pun telah ditemukan hingga kini, dan tidaklah mungkin fosil itu akan ditemukan di masa mendatang. Sungguh, semua tantangan kami kepada para evolusionis agar mereka memamerkan bentuk-bentuk peralihan mana pun yang mungkin mereka miliki tidak pernah dipenuhi, dan kaum Darwinis menjadi bungkam di hadapan temuan-temuan fosil yang membuktikan fakta Penciptaan. 
Mereka yang berusaha menghentikan pameran fosil tidak sadar bahwa terdapat jutaan fosil di bawah bangunan-bangunan tempat fosil-fosil ini dipamerkan dan di bawah jalan-jalan yang mereka lalui untuk meliput masalah ini, dan bahwa masing-masing dari fosil ini mengarahkan kepada Penciptaan. Di daerah mana pun di Anatolia dilakukan penggalian, atau di kota mana pun di Marmara, atau di distrik mana pun di Istanbul, tidak peduli jalan mana yang digali, jutaan fosil yang keberadaannya membuat orang-orang ini sedemikian ketakuan akan ditemukan. Hanya beberapa contoh, seperti fosil ikan berumur 15 juta tahun ditemukan selama penggalian sebuah sumur di Feke, Adana; fosil gajah, kambing dan kuda nil berumur 10-8 juta tahun, ditemukan di Nevshir; fosil ikan gurami berumur 15 juta tahun ditemukan di penambangan batu di Silifke, Mersin; atau fosil gajah, rusa, badak, jerapah, kambing dan beruang ditemukan di Kokluce, Sivas merupakan bukti berlimpahnya jumlah fosil yang membuktikan Penciptaan yang ada di perut bumi.
Menyebarluaskan liputan berjudul “Tutup pameran-pameran ini!” atau “Larang buku ini!” dan menggunakannya untuk ditanamkan ke dalam pikiran masyarakat umum, padahal bumi yang mereka injak dipenuhi fosil yang membuktikan fakta Penciptaan, menunjukkan kesulitan mengenaskan yang kini dialami sendiri oleh kaum Darwinis.
Hanya fosil-fosil yang benar-benar telah membatu yang ditampilkan pada pameran ini, dan di bawahnya ditulis kata-kata “fosil ini tetap tidak berubah selama ratusan juta tahun.” Fosil-fosil tersebut sama persis dengan spesimen masa kini, dan masyarakat umum dapat memahami hal ini dengan mudah tanpa perlu penjelasan lebih dalam. Jutaan fosil, seperti laba-laba berumur 125 juta tahun, buaya berumur 100 juta tahun, udang berumur 95 juta tahun, semut berumur 45 juta tahun, pakis berumur 300 juta tahun, daun tumbuhan Willow berumur 50 juta tahun atau tengkorak hyena berumur 80 juta tahun memberitahu kita “kami tidak pernah berevolusi, kami diciptakan.” Fosil-fosil ini menunjukkan bahwa teori evolusi adalah sebuah mitos, tanpa perlu penjabaran tambahan apa pun. Siapa pun yang berpikir lurus dengan daya pemahaman dapat dengan mudah memahami ini. Sekali mereka melihat bukti-bukti yang terlampau jelas dan nyata ini, masyarakat tidak akan tersesatkan lagi oleh penipuan Darwinisme.
Bertahun-tahun, Darwinisme benar-benar telah memiliki pengaruh hipnotis pada masyarakat dan menanamkan ke dalam pikiran mereka sebuah kebohongan besar. Namun sekarang tiada guna lagi bagi media evolusionis melanjutkan kebohongan ini dengan cara yang begitu menyedihkan. Sebagaimana ratusan ribu orang yang telah melihat dan menerima fakta-fakta yang sebenarnya, mereka juga wajib mengakui bahwa mereka telah “dibohongi” dan sadar bahwa tidaklah pernah terlambat untuk memperbaiki kerusakan yang telah dilakukan.
Penelitian menunjukkan bahwa pengaruh Darwinisme di Turki terus berkurang setiap harinya. Pada awal 1980-an, jumlah orang yang tidak percaya pada evolusi sekitar 30 – 40%, namun sebuah jajak pendapat yang dilakukan pada 2006 menunjukkan bahwa 75% rakyat Turki tidak lagi percaya pada teori evolusi. Menurut jajak pendapat terakhir oleh Yayasan Pengkajian Ekonomi dan Sosial Turki (TESEV), 87,4% rakyat Turki percaya bahwa “Tuhan menciptakan manusia.”
Perkembangan serupa terjadi di Prancis, di mana orang-orang dikejutkan dengan fakta-fakta ilmiah yang mereka saksikan pada Atlas Penciptaan. Jika jajak pendapat dilakukan tahun depan, maka akan tampak perbedaan besar antara jumlah orang di Prancis yang mempercayai teori evolusi tahun lalu dan tahun depan. Jika ditanyai tahun depan, sejumlah besar masyarakat Prancis akan mengatakan bahwa mereka tidak percaya  pada Darwinisme. Dan tidak hanya di Prancis; orang-orang di Italia, Inggris, Jerman, Swis, Denmark dan Belgia, singkatnya, orang-orang di seluruh dunia, akan menyaksikan fakta-fakta tersebut dan dengan segera terbebaskan dari sihir Darwinisme. Matahari yang akan menerangi seluruh dunia telah lahir.
Pada kenyataannya, pernyataan mendasar Darwinisme sepenuhnya tidaklah ilmiah, dan ketiadaan nalarnya sedemikian jelas sehingga anak usia sekolah dasar pun dapat melihatnya. Menurut Darwinisme, dengan cara yang tidak dapat dijelaskan, sel pertama diduga terbentuk di lingkungan zaman purba bumi, dalam sebuah genangan air berlumpur. Dan dari sel tunggal itu, serangkaian kejadian kebetulan tanpa akhir benar-benar memunculkan hewan, tumbuhan, manusia dan peradaban. Dengan kata lain, seluruh umat manusia, dan juga seluruh kerajaan tumbuhan dan hewan, diyakini sebagai hasil karya lumpur berkadar tepat, waktu yang lama dan berlimpah kejadian kebetulan.
Menurut kaum Darwinis, yang menderita kekurangan nalar yang jelas, bahan-bahan tadi, yang masing-masingnya tidak berkesadaran,  memunculkan manusia yang memiliki akal dan kesadaran, yang berpikir, mencintai, merasa kasihan, memiliki penilaian bijaksana, menghasilkan lukisan dan patung, menggubah simponi, menulis buku cerita, membangun pencakar langit, membangun reaktor nuklir, menemukan penyebab penyakit dan meramu obat untuk mengobatinya, atau berpolitik. Mereka menyatakan bahwa ketika waktu yang cukup telah terlewati, singa, harimau, kelinci, rusa, gajah, kucing, anjing, ngengat, lalat, buaya dan burung semuanya berevolusi secara kebetulan dari air berlumpur. Semua jenis buah-buahan dan sayur-mayur, dengan rasa dan aromanya yang khas – jeruk, strawberi, pisang, apel, anggur, tomat, lada – bunga dengan bentuk yang tiada bandingannya dan tetumbuhan lain kesemuanya muncul dari lumpur yang sama.
Singkatnya, sejak zaman Darwin, tak terhitung tulisan, karya tulis ilmiah, film, laporan surat kabar, artikel majalah dan acara televisi telah mengulang-ulang cerita evolusionis bahwa semua bentuk kehidupan muncul secara kebetulan dari lumpur. Dengan kata lain, jika Anda bertanya pada seorang Darwinis “Bagaimana peradaban kita muncul?” atau, “Bagaimana begitu banyak bentuk kehidupan muncul menjadi ada?” atau, “Bagaimana manusia menjadi ada?” Inti jawaban yang akan Anda terima adalah ini: Kejadian-kejadian kebetulan memunculkan semua hal tersebut dari lumpur, seiring berjalannya waktu.
Tak diragukan, seseorang mestilah tidak berakal atau tidak memiliki sarana pemahaman apa pun untuk mempercayai dongeng semacam itu. Namun anehnya, teori yang sangat tidak masuk akal dan bertentangan dengan nalar itu memiliki pengikut selama bertahun-tahun dan masih terus disebarluaskan dengan bungkus ilmiah.
1. Dalam bab “Kesulitan Pada Teori” dari bukunya, Darwin menulis:
“… Mengapa, jika spesies-spesies telah diturunkan dari spesies lain melalui perubahan halus bertahap, tidak kita saksikan di mana pun bentuk-bentuk peralihan yang tak terhitung? Mengapa seluruh makhluk hidup tidaklah membingungkan tapi malah berwujud spesies, seperti yang kita lihat, yang terpisahkan dengan baik? … Tetapi, karena menurut teori ini bentuk peralihan yang tak terhitung haruslah pernah ada, mengapa kita tidak menemukannya terpendam dalam jumlah tak terhitung dalam kerak bumi? …Lalu kenapa tidak setiap bentukan geologis dan setiap lapisan dipenuhi rantai-rantai peralihan semacam itu? Geologi sudah pasti tidak menyingkap rantai kehidupan apa pun yang berubah secara halus bertahap semacam itu; dan ini, mungkin, adalah keberatan paling jelas dan berat yang dapat dikemukakan untuk melawan teori saya.” (Charles Darwin, The Origin of Species, hal. 172)
2. Walaupun seorang evolusionis, profesor Steven M. Stanley dari Universitas John Hopkins, mengakui fakta tentang catatan fosil, dengan mengatakan:
“Catatan fosil yang diketahui tidaklah, dan tidak pernah, sesuai dengan teori perubahan bertahap… sebagaimana ditulis baru-baru ini oleh sejarawan biologi William Coleman, ‘Sebagian besar pakar fosil merasa bukti-bukti mereka semata-mata bertentangan dengan penekanan Darwin pada perubahan-perubahan teramat kecil, lambat dan terkumpul yang mengarah pada perubahan spesies.’ …kisah mereka telah disembunyikan.” (S. M. Stanley, The New Evolutionary Timetable: Fossils, Genes, and the Origin of Species, Basic Books Inc. Publishers, N.Y., 1981, hal. 71)
3. Pakar fosil Niles Edredge dan antropolog Ian Tattersall, dari Museum Sejarah Alam Amerika, menyatakan bahwa catatan fosil sudah cukup memberikan pemahaman tentang sejarah kehidupan dan bahwa hal itu sama sekali tidak mendukung teori evolusi:
“Bahwa masing-masing jenis fosil diakui tetaplah sama di sepanjang masa keberadaan mereka dalam catatan fosil telah diketahui para ahli fosil jauh sebelum Darwin menerbitkan bukunya. Darwin sendiri, …meramalkan bahwa ilmuwan-fosil generasi mendatang akan mengisi celah ini dengan pencarian yang tekun… Penelitian tentang fosil seratus dua puluh tahun kemudian, telah terlampau jelas bahwa catatan fosil tidak akan membenarkan ramalan Darwin tentang masalah ini. Permasalahan ini bukan pula karena catatan yang sangat tidak lengkap. Catatan fosil sekedar menunjukkan bahwa ramalan ini salah.” (N. Eldredge and I. Tattersall, The Myths of Human Evolution, Columbia University Press, 1982, hal. 45-46)
4. Profesor paleontologi dari Universitas Glasgow, T. Neville George mengakui hal ini bertahun-tahun silam:
“Tidak perlu lagi meminta maaf atas miskinnya catatan fosil. Dalam beberapa hal [catatan fosil] sudah berlimpah hingga hampir susah disusun, dan penemuan melampaui penyusunan… Walaupun begitu, catatan fosil sebagian besarnya masih tersusun atas celah-celah. “(T. N. George, “Fossils in Evolutionary Perspective,” Science Progress, Vol. 48, Januari 1960, hal. 1)
5. Kapan pun catatan fosil disebutkan, sebagian besar orang membuat kesan bahwa terdapat kaitan positif antara catatan fosil dan teori Darwin. Kesalahan ini dibahas dalam sebuah tulisan dalam jurnal Science:
“Sejumlah besar ilmuwan yang terlatih-baik di luar bidang biologi evolusi dan paleontologi sayangnya telah berpikiran bahwa catatan fosil lebih bersifat Darwinis dari pada yang sebenarnya… Di tahun-tahun setelah Darwin, para pembelanya berharap menemukan perkembangan yang dapat diperkirakan. Secara umum, ini masih belum ditemukan namun harapan tersebut telah tetap bertahan, dan sejumlah khayalan murni telah merasuki buku-buku pelajaran.” (Science, 17Juli 1981, hal. 289)
6. Sebagaimana diamati oleh Edmund J. Ambrose, profesor emeritus biologi sel pada Universitas London:
“Pada tahap sekrang dari penelitian geologis, kita harus mengakui bahwa tidak ada sesuatu pun dalam catatan geologis yang bertentangan dengan pandangan para penganut penciptaan konservatif, bahwa Tuhan telah menciptakan tiap-tiap spesies secara terpisah…” (Edmund J. Ambrose, The Nature and Origin of the Biological World, John Wiley & Sons, 1982, hal. 164)
Jilid pertama dari tujuh jilid yang direncanakan dari buku Atlas Penciptaan, yang tersusun dari 5.600 halaman dan sekitar 11.000 gambar, telah mengejutkan Prancis.
Karya raksasa setebal 764 halaman ini, satu-satunya di dunia dengan ukuran 28 x 38 sentimeter dan dicetak dengan mutu pengerjaan prima, menampilkan ratusan fosil, masing-masing membantah teori evolusi dan berisi pengetahuan paling meyakinkan tentang keruntuhan Darwinisme. Dengan gambar hologram asli pada sampulnya, sekitar 1.500 gambar dan foto berwarna pada kertas mengkilat, buku tersebut luar biasa dalam penampakan fisiknya. Selain itu, karya penting ini dilengkapi dengan VCD dokumenter Fossils Have Discredited Evolution (Fosil MembantahEvolusi). . . Anda dapat membeli buku ini langsung dari Global Publishing, atau membacanya secara gratis melalui Internet.
UNTUK MENYAKSIKAN BETAPA SESUNGGUHNYA TEORI EVOLUSI ADALAH SEBUAH KEBOHONGAN, ANDA HARUS MEMBACA BUKU-BUKU KARYA HARUN YAHYA (ADNAN OKTAR) INI!
Dengan nama pena Harun Yahya, Adnan Oktar telah menulis sekitar 250 buku, yang keseluruhannya mencapai 46.000 halaman, dan memuat sekitar 31.500 gambar. Sekitar 7.000 dari keseluruhan halaman ini—dan 6.000 dari keseluruhan gambar tersebut—mengulas tentang keruntuhan Teori Evolusi.

Jumat, 14 Oktober 2011

Firefox 7.0.1 Final

Firefox 7.0.1 Final

Posted on Oct 1, 2011 by Ucil Ins Ide No Comments


Mozilla just released Firefox 7.0.1 – an update for Windows, Mac and Linux. Mozilla Firefox provides a speedy Web browsing experience for users and new tools to help developers create faster websites and Web apps.
In terms of Firefox 7 display there is no change from the previous release of Firefox 6. But in terms of capability it has increased a lot better than its previous version
Firefox 7 aims to enhance your browsing experience by improving one of its major drawback, i.e. high memory consumption. The latest and new Firefox 7 drastically improves the usage of memory (RAM) and is said to consume 20-30% less memory than former builds of Firefox browser.
Firefox 7
What’s New in Firefox 7 :
The latest version of Firefox has the following changes :
  • Drastically improved memory handling for certain use cases
  • Added a new rendering backend to speed up Canvas operations on Windows systems
  • Bookmark and password changes now sync almost instantly when using Firefox Sync
  • The ‘http://’ URL prefix is now hidden by default
  • Added support for text-overflow: ellipsis
  • Added support for the Web Timing specification
  • Enhanced support for MathML
  • The WebSocket protocol has been updated from version 7 to version 8
  • Added an opt-in system for users to send performance data back to Mozilla to improve future versions of Firefox
  • Fixed several stability issues
  • Fixed several security issues
Mozilla Firefox 7.0.1 is available now for Windows, Linux, Mac and Android platforms. Mozilla Firefox 7 can be downloaded from the following link [Offline Installer - Direct Link]